Liputan6.com,
New York : Masyarakat di Kongo mungkin terbiasa bergaul dengan hidup
yang sulit setiap harinya mengingat negara tersebut merupakan salah satu
negara paling miskin di dunia.
Kongo tak sendiri, masih banyak
negara lain di Benua Afrika yang juga sangat miskin. Ironisnya, di dunia
ini terdapat satu negara yang bergelimangan uang tapi justru bingung
menggunakannya. Apakah nama negara tersebut?
Seperti melansir
Business Insider.com, Senin (9/9/2013), Norwegia merupakan pulau yang
sangat makmur di Eropa dengan uang yang sangat melimpah. Anehnya, negara
ini tak tahu bagaimana cara mengelola hartanya tersebut.
Norwegia
harus menanggung malu atas kekayaannya mengingat pemerintahnya masih
berupaya menemukan cara untuk memutar uang tanpa mengganggu perekonomian
dalam jangka panjang. Hartanya tersebut kebanyakan diperoleh dari
sektor perminyakan.
"Seluruh negara di sekitar kami dipaksa untuk
mengurangi pengeluarannya," ujar Kepala Ekonom Bank DNB, yang terbesar
di Norwegia, Oeystein Doerum.
Lebih lanjut menjelaskan, tantangan
terbesar negara ini adalah kekayaan minyak Norwegia sangat melimpah.
Pemerintah bahkan telah mengambil sejumlah risiko membuang-buang
hartanya pada sejumlah proyek yang tak menguntungkan.
Sejak akhir
1990-an, negara Skandinavia ini telah bersungguh-sungguh mengalokasikan
pendapatan minyaknya untuk menyejahterakan masyarakat dalam waktu lama.
Sejumlah
dananya diinvestasikan dalam saham, obligasi dan real estate. Selain
itu, pemerintah juga berusaha menanamkan modal di luar negeri, agar uang
di dalam negeri tidak terus menumpuk.
Dalam prosesnya, Norwegia
telah menjadi negara dengan kekayaan terbesar di dunia yaitu US$ 750
miliar atau setara dengan 1,25% kapitalisasi pasar di setiap perusahaan
yang terdaftar di seluruh penjuru dunia.
Untuk memastikan bahwa
dana tersebut tetap berkembang, pemerintah tidak dapat menarik uangnya
lebih dari 4% per tahun guna menyeimbangkan neraca keuangan. Jika tidak
maka pertumbuhannya akan berada di zona merah.
"Fakta bahwa Anda
mungkin melihat sekolah dan jalanan rusak, tapi di saat bersamaan
masyarakat punya uang dalam jumlah terlalu besar merupakan buah dari
hematnya para pemimpin Norwegia," ujar Doerum.
Meskipun
perekonomian Norwegia telah melambat , tapi injeksi uang masyarakat yang
berlebihan dapat mengganggu ekonomi yang mulai stabil.
Di negara
yang hampir tak memiliki pengangguran ini, sektor perminyakan yang
berkembang pesat membuat warganya memperoleh bayaran lebih tinggi dari
seharusnya. Begitu pula dengan sejumlah industri tradisional yang
bersaing memperoleh pekerja terampil.
Hasilnya, gaji tenaga kerja
di sektor industri Norwegia berjumlah 70% lebih tinggi dibandingkan
negara-negara Eropa lainnya. Pola pembayaran seperti ini melemahkan daya
saing para eksportir di negara tersebut.
"Semuanya tergantung pada bagaimana uang negara dibelanjakan ," ungkap Kepala Riset di Statistics Norway, Torbjoern Eika.
Menurut
dia, jika pemerintah memilih memberikan pajak rendah, maka akan
berdampak negatif pada perekonomian negara. Dampak tersebut dipicu
kecenderungan untuk menstimulasi simpanan dana dalam jangka pendek.
Perdana
Menteri Labour Jens Stoltenberg Buruh mengatakan akan mengumumkan
rancangan anggaran 2014 pada Oktober mendatang. Pemerintah akan
membatasi pengurasan kucuran minyak ke tingkat yang lebih rendah
dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar 3%.
Langkah ini tidak hanya
memenuhi rekomendasi ekonomi Internasional Monetary Fund, tapi juga
akan memberikan keuntungan politik bagi pemerintahan ke depannya. Hal
ini mengingat adanya janji pemerintah untuk memangkas pajak sementara
menambah pengeluaran untuk kesehatan dan infrastruktur.
Sumber :
PULSK